Sampai lagi saatnya UAS semester ganjil. Merekapun ramai-ramai mempersiapkan diri dengan cara masing-masing untuk menghadapi ujian. Ada yang belajarnya sudah jauh-jauh hari. Tapi tidak sedikit pula yang menggunakan metode SKS (sistem kejar semalam).
Ujian-pun dimulai. Soal sudah dibagikan, dimana dibagian atas ada pesan dari peng-ampu yang berbunyi : "Kerjakanlah dengan jujur".
Suasana sudah mulai hening. Terlihat mereka sudah masuk dalam konsentrasi mengerjakan soal. Tujuannya tentu untuk mendapatkan nilai yang setinggi-tingginya. Dari awal sudah terlihat semangat yang menggebu saat masuk kedalam kelas, berebut. Ternyata hanya untuk memilih bangku yang paling belakang yang notabene jauh dari meja pengawas. Ada apa gerangan? Kenapa tidak memilih didepan?
Ternyata untuk mendapatkan nilai yang setinggi-tingginya, akan dilakukan dengan segala cara, termasuk yang tidak halal sekalipun. Secara teoritis barangkali mereka semua sudah paham, bahwasanya mencontek/mengrepek itu dilarang. Tapi apa boleh buat, sudah tuntutan (mendapat nilai yang tinggi). Dan ini adalah tuntutan yang sudah ditanamkan sejak usia dini. Kita dipaksa untuk mendapat hasil yang tinggi, tapi tidak diimbangi dengan ajaran untuk melaksanakannya dengan kejujuran yang dilandasi kemampuan diri.
Barangkali patut dipertimbangkan untuk membekali anak-anak bangsa ini dengan satu mata pelajaran khusus yaitu mata pelajaran Pendidikan Kejujuran, diluar dari PAI. Dengan catatan tidak berpatokan dengan "tuntutan" nilai yang tinggi. Tetapi adalah suatu bentuk pembekalan.
PAI yang masuk dalam kurikulum SD sampai dengan Perguruan Tinggi, ternyata tidak banyak membantu untuk membentuk moral. Toh dengan dapat nilai yang tinggi....beres. Yang akhirnya dapat dilakukan dengan segala cara, termasuk mencontek/mengerepek. Karena metode penilaian adalah : nilai yang tinggi, bukan moral yang jujur, ketaatan dalam menjalankan agama, kesopanan dalam bergaul dan seterusnya. Buktinya.... pas ujian PAI banyak juga yang mencontek.
Dengan metode pendidikan yang demikian, maka tidak heran diantara pemimpin bangsa kita ini sangat susah dicari yang berperilaku jujur. Mungkin sampai dengan 30 atau 50 tahun kedepanpun akan sulit dicari pemimpin-pemimnpin yang jujur dan amanah. Karena mereka sudah biasa dan terbiasa dengan sesuatu yang tidak jujur. Lha...kan tidak ada pendidikan kejujuran yang menilai orang jujur atau tidak....sampai saat ini (2014). Yang ada hanyalah orang yang bisa menjawab : Apa definisi Jujur? Dengan jawaban bla...bla...bla....bla...kemudian hasilnya benar dan diberi nilai A...!Sangat teoritis.
No comments:
Post a Comment