Kalau melihat hasil pemilu yang lalu-lalu, rasanya miris juga dengan banyaknya kasus-kasus yang melibatkan anggota dewan yang terhormat itu. Banyak dalam arti kuantitas maupun kualitasnya, yaitu jumlah kasus dan banyaknya nilai kerugian sebagai akibatnya. Tidak hanya pada satu partai tetapi sudah berjamaah kebanyak partai.
Menurut Seskab, selama masa pemerintahannya, Presiden SBY telah mengeluarkan izin pemeriksaan pejabat negara dan anggota dewan sebanyak 176 orang yang terlibat kasus hukum. Dari jumlah itu 79 % nya merupakan kasus korupsi dan sisanya merupakan kasus pidana lainnya.
Dari data izin pemeriksaan yang dikeluarkan oleh Presiden terdapat data politisi dari partai politik sebagai berikut :
1. Partai Golkar sebanyak 64 Orang politikus atau setara dengan 36 %
2. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sebanyak 32 orang politikus atau setara dengan 18 %
3. Partai Demokrat 20 orang politikus atau setara dengan 11 %
4. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sebanyak 17 orang politikus atau 9,65 %
5. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sebanyak 9 orang politikus atau 5 %
6. Partai Amanat Nasional (PAN) sebanyak 7 orang politikus atau 3,9 %
7. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sebanyak 4 orang politikus atau 2,27 %
8. Partai Bulan Bintang (PBB) sebanyak 2 orang politikus atau 1,14 %
Data yang dipublikasikan oleh Seskab ini memkonfirmasi berkembangnya opini bahwa kasus-kasus korupsi yang melibatkan pejabat negara baik di eksekutif maupun legislatif banyak melibatkan politikus partai politik. Atau kesimpulan para aktifis anti korupsi yang menyatakan bahwa persemaian praktik korupsi itu banyak terjadi dan dilakukan oleh Parpol.
Banyak modus yang dilakukan, hanya jika melihat berbagai pemberitaan di media massa baik cetak maupun elektronik, mereka berkolaborasi antara politikus yang menjadi pejabat negara di eksekutif dengan politikus di lembaga eksekutif. Kasus Nazarudin dengan Wisma Atlet, Hambalang, pengadaan daging sapi, dll, kasus pengadaan Al-Qur’an di Depag, kasus penyalahgunaan APBD cenderung melibatkan kerjasama keduanya (Kompas.com).
Melihat keadaan yang seperti ini, lantas motivasi apa yang bisa membuat masyarakat berbondong-bondong menuju ke TPS untuk memilih wakilnya?
BEBERAPA TIPE PEMILIH
A. Pemilih Visual
Mungkin kriteria yang pertama dilihat oleh pemilih yang sedikit kreatif adalah visualisasi dari caleg, antara lain :
- Ganteng apa tidak
- Tua atau muda
- Laki apa perempuan
- Pakai jas, kopiah (haji), Sorban, jilbab, dll.
B. Pemilih Wani Piro
Kriteria yang lain yaitu :
- Wani piro
C. Pemilih Visi dan Misi
Kriteria berdasarkan visi dan misi sepertinya menjanjikan. Dimana mereka mempunyai tujuan yang jelas setelah nanti berhasil menjadi wakil rakyat. Tetapi inipun sangat nisbi. Pertama, mana kita tahu isi hati seseorang. Dia berkata biru, mungkin saja didalamnya merah. Kedua, tujuan sudah jelas ada didepan, tetapi dolar ada disamping kiri dan kanan. Bisakah para wakil itu berkaca-mata kuda, sehingga mereka hanya memandang lurus kedepan? Wallahu A'lam.
D. Pemilih Golput
Ternyata golput juga pilihan
Berikut hasil perolehan suara pada pemilu 2009:
- Partai “Golput” : 39,1% suara
- P Demokrat : 12.7%
- P Golkar : 8.8%
- PDIP : 8.5%
- PKS : 4.8%
- PAN : 3.7%
- PPP : 3.2%
- PKB : 3.0%
- Gerindra : 2.7%
- Hanura : 2.3%
Mari kita berpartisipasi didalam pesta, dan berangan-angan lagi menjadikan parlemen yang bersih. Terserah mau pilih berdasarkan apa. Yang jelas kita bebas, tidak ada paksaan.
Mencoba ikut menambah bumbu dan berharap mendapat kelezatan kue demokrasi sesuai dengan selera kita.
No comments:
Post a Comment